Kamis, 10 November 2016

ANALISIS HUMAN RELATIONS DALAM PERUSAHAAN


NAMA : RANTI NUARITA 1154060066

1.. Rumusan Masalah
1. Mengapa pengelola/manajemen sebuah perusahaan harus memperhatikan unsur human relations?
2. Bagaimana analisa khusus penulis mengenai masalah yang terjadi pada PT Freeport Indonesia dipandang dari sudut Human Relations.
3. Bagaimana penerapan 4 Step PR dalam mengatasi masalah dari PT.Freeport Indonesia

2.Tujuan
1. Untuk mengetahui mengapa pengelola/manajemen sebuah perusahaan harus memperhatikan unsur human relations?
2. Untuk memaparkan bagaimana analisa khusus penulis mengenai masalah yang terjadi pada PT Freeport Indonesia dipandang dari sudut Human Relations.
3. Bagaimana penerapan 4 Step PR dalam mengatasi masalah dari PT.Freeport Indonesia

3. PEMBAHASAN             

1. Pengelola / manajer sebuah perusahaan harus memperhatikan unsur human relations (dengan konsep bottom line), kenapa? Karena human relations dalam perusahaan merupakan salah satu faktor/unsur pokok yang harus diperhatikan oleh seorang pengelola/manajer perusahaan. Perusahaan sebagai suatu badan usaha turut berperan serta dalam proses pembangunan ekonomi bangsa. Keterlibatan dalam proses tersebut tidak terlepas dari keberadaan sumber daya manusia bagi perusahaan adalah untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus memperbaiki kesejahteraan atau kemajuan karyawan yang bekerja didalamnya. Kesejahteraan atau kemajuan itu tidak hanya dapat dicapai melalui terpenuhinya kebutuhan fisik atau materi saja. Satu hal yang sangat penting tapi justru kadang terlupakan adalah usaha perusahaan untuk memperhatikan kebutuhan psikologis karyawannya. Dalam hal ini salah satunya adalah faktor human relationsnya. Pengertian secara umum, human relations adalah hubungan antara seseorang dengan orang lain yang terjadi dalam segala situasi dan dalam semua bidang kegiatan atau kehidupan untuk mendapat kepuasan hati. Secara ringkas sebenarnya studi human relations memusatkan perhatian pada dua tema, yaitu memperbesar produktivitas dalam pekerjaan dan mempebesar kepuasaan manusia dalam organisasi. Jadi sebenarnya dalam human relations kita berbicara tentang pola-pola perilaku dalam organisasi. Di dalam perusahaan manajer harus dapat peka untuk melihat apa yang sebenarnya dan apa yang sedang dibutuhkan karyawan dari segi fisik dan psikologisnya. Terpenuhinya kebutuhan fisik dan psikologis ini dalam suatu perusahaan merupakan hal penting bagi tumbuhnya motivasi kerja yang lebih besar bagi produktivitas perusahaan. Besarnya dampak ini karena motivasi kerja yang dimiliki karyawan akan mampu memperbaiki efisiensi dan efektivitas perusahaan. Disamping itu motivasi kerja yang dimiliki karyawan pada saat ini juga mampu menentukan nasib perusahaan dimasa yang akan datang. Dalam hal ini yang memegang peranan penting adalah seorang pimpinan. Pemimpin/manajer ini diharapkan bisa memotivasi dan membimbing bawahannya dengan sebaik mungkin, selain itu juga harus bisa menyatukan seluruh anggota organisasi/perusahaan sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Human relations merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Human relations yang berjalan baik akan menghasilkan dampak yang baik pula bagi perusahaan. pentingnya manajer memperhatikan unsur human relations adalah agar semua tujuan perusahaan dapat tercapai dengan tidak mengesampingkan unsur karyawan/sosial dan lingkungan. perusahaan harus memperhatikan para pekerja/karyawannya. Perusahaan tidak boleh egois hanya mementingkan profit perusahaan (profit oriented) dan mengesampingkan faktor humanisnya. Disini secara tidak langsung karyawan merupakan penggerak dari sebuah perusahaan, jika tidak ada karyawan perusahaan juga tidak akan berproduksi. Untuk itu, alangkah baikknya jika sebuah perusahaan dengan bijak memandang karyawan sebagai faktor yang sangat penting dalam proses keberhasilan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuan-tujuannya. Perusahaan harus memberikan perhatian yang maksimal terhadap karyawan, seperti jaminan kesehatan bagi karyawan, pendidikan karyawan, tunjangan, dan bonus. Perusahaan tidak boleh mengeksploitasi tenaga karyawan demi tujuannya, apalagi membayar gaji karyawan di bawah range yang tidak wajar. Jika seorang pengelola/manajer perusahaan memperhatikan hal-hal seperti itu, dengan membayar upah pegawai dengan wajar, memberikan bonus bagi yang berprestasi, memberikan tunjangan, jaminan kesehatan, memperhatikan waktu jam kerja karyawan (tidak melakukan eksploitasi tenaga), tentu semangat kerja karyawan akan meningkat, hasil kerja yang dilakukan juga baik dan produktif, konsumen semakin banyak, perusahaan untung, karyawan mendapat bonus, kesejahteraan karyawan meningkat, tujuan perusahaan tercapai.
Kasus Perusahaan Huan Relations tidak berjalan dengan baik

 (Tuntutan karyawan PT Freeport Indonesia)
Karyawan PT.Freeport Indoonesia Mogok Kerja
Kemelut Freeport Indonesia  Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) PT Freeport Indonesia (PT FI) menggelar unjuk rasa. Dalam unjuk rasa tersebut, SPSI Freeport meminta adanya keadilan pembagian bonus bagi kurang lebih 800 karyawan yang bekerja di tambang terbuka.

Sekretaris Hubungan Industrial Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Freeport Tri Puspital menyebutkan, klimaks permasalahan pada pertemuan 19 September 2016 terjadi ketimpangan pemberian bonus bagi pekerja tambang terbuka hanya 17 persen. Sementara bagi pekerja Geotek mendapatkan bonus 45 persen dari total gaji karyawan.

"Para pekerja kecewa mendapatkan bonus kecil, apalagi selama ini karyawan telah membantu perusahaan dalam operasional. Dengan adanya ketimpangan ini, maka sejak 28 September karyawan memutuskan untuk mogok kerja, hingga ada kesepakatan antara perusahaan dan karyawan," jelas Tri Puspital, saat dihubungi Liputan6.com, Senin (3/10/2016).

Setiap harinya, tambang terbuka itu menghasilkan sekitar 200 ribu ton ore atau bijih mineral. Sementara para pekerja di tambang terbuka itu membawa alatnya masing-masing berkisar 6-7 jam per hari.

"Sementara ini yang dituntut oleh teman-teman karyawan adalah meminta transparansi dari perusahaan tentang pemberian bonus, misalnya bagaimana formula pemberian bonus, bagaimana caranya dan baru dibandingkan dengan aktual pencapaian dengan kondisi real di lapangan," urai dia.

Juru bicara PT Freeport Indonesia, Riza Pratama membenarkan adanya mogok kerja sejak 28 September dari karyawan di tambang terbuka, karena masalah pemberian bonus.

"Kami sedang berupaya untuk mengatasi masalah ini dan mengembalikan operasi tambang terbuka sesegera mungkin," jelasnya.

Mogok kerja yang dilakukan karyawan Freeport Indonesia tersebut tak berdampak pada operasi tambang bawah tanah. "Operasi pabrik pengolahan juga masih beroperasi secara terbatas,"ungkap dia.  (diakses dari http://bisnis.liputan6.com/read/2616987/karyawan-pt-freeport-indonesia-mogok-kerja pada hari Rabu tanggal 02-November-2016 pukul 06.30)

2.Analisis

Analisa dan Pendapat saya mengenai PT Freeport Indonesia dipandang dari sudut Human Relations. Dilihat dari sudut Human Relations, PT Freeport Indonesia sebenarnya sudah melanggar peraturan. Pertama, tidak adanya komunikasi yang harmonis antara perusahaan dengan pekerjanya mengindikasikan bahwa perusahaan itu tidak menerapkan prinsip Human Relations dengan benar, atau bahkan tidak menerapkan sama sekali, sehingga lambat laun perusahaan itu pasti akan mengalami penurunan produksi karena tidak berjalannya satisfaction circle yang merupakan salah satu konsep Human Relations yang sebenarnya harus dilakukan oleh perusahaan sehingga tujuan dari perusahaan itu sendiri akan tercapai. Hal ini tentu sangat beda dengan PT Freeport Indonesia, yang menurut saya kurang menerapkan praktik Human Relations dengan baik kepada seluruh karyawannya. FI hanya melakukan Downwards Communications yang mengakibatkan proses Human Relations yang terjadi di FI itu sendiri berjalan sangat kaku dan formal. Hal ini dapat dilihat dari sikap FI terhadap tuntutan pekerja perusahaan ini, dimana FI bersikeras menolak tuntutan para pekerja. Dengan kata lain FI tidak mau mendengar keluh kesah pekerjanya, FI tidak mau mendengar pendapat pekerjanya, FI cenderung bersikap apatis dengan mengendepankan prinsip Profit Oriented tanpa melihat sisi Humanis dari para pekerjanya, hal ini tentu sangat tidak sesuai dengan prinsip Human Relations. Kedua, FI telah mengeksploitasi tenaga pekerja. Praktik Human Relations yang baik, seharusnya tidak melakukan hal seperti itu. Pekerja adalah aset penting dalam suatu perusahaan. Demikian seharusnya terjadi di PT FI ini. Tetapi kenyataannya, FI hanya menganggap pekerja sebagai buruh dengan derajat paling bawah yang dapat dimanfaatkan sesuka hatinya untuk mendapatkan atau mencapai sebuah tujuan. Pengeksploitasian tenaga kerja merupakan hal yang melanggar hukum dilihat dari perspektif manapun. Pekerja/karyawan seharusnya mendapat perlakuan yang baik oleh perusahaan. Ketiga, Upah tenaga kerja yang minim. Hal ini merupakan salah satu akar permasalahan yang mendasari dari pemogokan kerja pekerja PT Freeport Indonesia ini. Tidak adanya keseimbangan dan pemerataan pendapatan pekerja / karyawan, merupakan hal yang tidak sesuai dengan prinsip Human Relations. Seperti telah kita ketahui, bahwa FI merupakan perusahaan tambang emas terbesar di Dunia. Dan sungguh ironis jika kita mendengar bahwa kesejahteraan pekerjanya masih rendah atau dapat dikatakan miskin dan terbelakang. Perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar ini seharusnya memperhatikan aspek lingkungan dan sosial mereka, jangan bertindak egois dengan mengeksploitasi tenaga pekerja dan mengeksploitasi lingkungan. FI harus bisa menciptakan keseimbangan antara profit, sosial, dan kesejahteraan karyawannya. Menurut saya FI seolah-olah menganggap para pekerja sebagai buruh kasar yang dapat dimanfaatkan untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya dengan pengeluaran anggaran yang minim untuk gaji pekerja/karyawan. Tentu hal ini merupakan sesuatu yang tidak bijak yang dilakukan oleh sebuah perusahaan.
PT FI Penerapan Human Relations dalam komunikasi organisasi (internal) Komunikasi Internal adalah komunikasi antara manajer dengan komunikan yang berada di dalam organisasi, yakni para pegawai, secara timbal balik. Karena dalam organisasi terdapat jenjang kepangkatan yang menyebabkan adanya pegawai yang memimpin dan yang dipimpin, maka dalam manajemen tidak saja terjadi komunikasi antara pegawai yang sama status atau pangkatnya, tetapi juga antara pegawai yang memimpin dan yang dipimpin. Sebagai perusahaan pertambangan yang besar, PT Freeport Indonesia telah menerapkan komunikasi vertical, tapi sayangnya komunikasi ini terlalu kaku dan tidak memberikan banyak kesempatan bagi para pegawai untuk mengeluarkan apresiasinya. Dapat dibilang komunikasi tipe ini seperti komunkasi klasik yang menjunjung tinggi nilai mesin dan menjadikan pegawai sebagai tenaga yang dapat dieksploitasi. Jadi saran saya, komunikasi vertical tetap diterapkan, tetapi mungkin sikap dari manajer atau atasan-atasannya yang diubah. Manajer seharusnya juga lebih menghargai jasa karyawan/pegawainya. Komunikasi Horizontal Komunikasi yang terjadi antara manajer dengan manajer, atau pegawai dengan pegawai, komunikasi yang terjadi pada level yang sama. Dalam komunikasi horizontal PT Freeport Indonesia, menurut saya cukup baik. Hanya perlu ditingkatkan kegiatan yang melibatkan banyak pegawai sehingga kesatuan dari pegawai menjadi suatu kesatuan yang solid. Seharusnya PT FI melakukan cara-cara komunikasi organisasi (internal) yang benar yaitu: FI memperhatikan kepentingan pegawai dari segi ekonomi, sosial maupun psikologis FI melaksanakan two way communication dengan feedback yang baik berkat adanya good human relations, meliputi : downwards, upwards, horizontal, diagonal communication Komunikasi dalam organisasi ini diperlukan oleh FI untuk: Menjalin pengertian di antara seluruh komponen organisasi. Bila FI tidak dapat melaksanakan komunikasi dengan baik, maka semua rencana, intruksi, sasaran, dan motivasi tinggal di atas kertas saja. Tanpa adanya komunikasi yang baik, pekerjaan akan simpang siur dan kacau balau sehingga tujuan organisasi tidak akan tercapai. Komunikasi di dalam organisasi bagaikan darah di dalam badan. Bila jalannya tidak lancr atau tersumbat, badan akan sakit bahkan jantung terhenti. Hal ini dapat kita ketahui dari masalah FI sekarang ini, terjadinya mogok kerja karena kurang berjalannya komunikasi yang baik. Tujuan pelaksanaan human relations di lingkungan internal organiasi: Menciptakan hubungan yang harmonis di lingkungan internal organisasi Menciptakan motivasi kerja tinggi pada karyawan

3.Cara atau Strategi yang harusnya dilakukan oleh PT Freeport Indonesia

Cara atau Strategi yang harusnya dilakukan oleh PT Freeport Indonesia dalam menghadapi hal ini agar tidak terjadi lagi adalah :
Humas PT FI harusnya menerapkan Strategi 4 Step PR dalam mengatasi masalah tersebut.
1.Proses Fact Finding, dalam proses ini PT.FI tidak hanya melakukan pengumpulan data dan fakta, namun PT. Freeport Indonesia juga harus mengedepankan pengolahan, penelitian, pengklasifikasian, dan penyusun-an data sedemikian rupa sehingga memudahkan pemecahan masalah nantinya. Penelitian dalam pencarian data ini dapat dilakukan dengan cara-cara: survei dan poling, wawancara, focus group discussion, wawancara mendalam, dan walking around research. harus melakukan survei atau pengumpulan fakta dan data dan mendengarkan argumentasi serta pendapat dari para karyawan mengenai apa yang diinginkankan karyawan, apa saja tuntutan dari karyawan dan menyelaraskannya dengan tujuan perusahaan agar baik perusahaan maupun karyawan dapat sama-sama di untungkan dan tujuan perusahaan tercapai dengan baik .

2. Proses atau tahapan Planning. Disini PT. FI harus bisa membuat rencana dan keputusan dalama menghadapai masalah tersebut, Humas PT.FI harus memiliki rencana dan keputusan yang dapat saling menguntungkan untuk kedua belah pihak baik karyawan maupun perusahaan. PT.FI dalam hal ini jangan hanya memikirkan mengenai kebutuhan materi dari karyawan saja, namun juga dei tetap terjalinnya keharmonisan antara karyawan dan pihak perusahaan juga harus memntingkan juga kebutuhan Psikologis dari para karyawan. Keputusan yang baik menurut saya adalah dimana PT FI harusya mendengar keluhan para  karyawan untuk kenaikan gaji namun itupun harus diadakan lobi dan negosiasi kembali dengan para karyawan sehingga pengimplentasiannya tidak merugikan perusahaan dan juga tidak mengecewakan apa keingina karyawan. Selain itu untuk kebutuhan psikologis karyawan PT.FI harus menerapkan Human Relations dalam perusahaan isalkan membuka ruang khusus konseling  bagi karyawan.
3.Communicating PT.FI harus mampu mengkomunikasikan  pelaksanaan program sehingga dapat mempengaruhi sikap Dari karyawan  yang kemudian mendorong dan mengikuti rencana dari PT FI sendiri, aksi PT FI agar karyawan mau bekerja kembali adalah dengan mengadakan rapat internal perusahaan dan membahas mengeni tuntutan karyawan kepada PT FI tersebut, selanjutnya untuk praktik pelaksanaan Human Relations, PT FI harus malakukan aksi dengan komunikasi interpersonal pada karyawan, tetap menjaga komunikasi yang baik dengan karyawan,  rencana membuat ruang khusus konseling dan menggunakannya untuk karyawan yang memiliki masalah-masalah ketika berada di lingkungan Internal dari PT FI. Dengan terpenuhinya keinginan karyawan maka karyawanpun secara tidak langsung pasti akan memenuhi kebutuhan dari perusahaan.

4. Proses Evaluating disini PT FI harus tetap memantau feedback dari para karyawan atas hasil dari rencana serta aksi yang dilakukan apakah para karyawan senang dengan keputusan dari perusahaan atau tidak, sehingga evaluasi ini menjadi indikator atau parameter yang dapat menentukan untuk rencana selanjutnya apabila terjadi kasus yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar