NAMA : RANTI NUARITA 1154060066
1..
Rumusan Masalah
1. Mengapa pengelola/manajemen sebuah
perusahaan harus memperhatikan unsur human relations?
2. Bagaimana analisa khusus penulis mengenai
masalah yang terjadi pada PT Freeport Indonesia dipandang dari sudut Human
Relations.
3. Bagaimana penerapan 4 Step PR dalam
mengatasi masalah dari PT.Freeport Indonesia
2.Tujuan
1. Untuk mengetahui mengapa
pengelola/manajemen sebuah perusahaan harus memperhatikan unsur human
relations?
2. Untuk memaparkan bagaimana analisa
khusus penulis mengenai masalah yang terjadi pada PT Freeport Indonesia
dipandang dari sudut Human Relations.
3. Bagaimana penerapan 4 Step PR dalam
mengatasi masalah dari PT.Freeport Indonesia
3.
PEMBAHASAN
1. Pengelola / manajer sebuah perusahaan
harus memperhatikan unsur human relations (dengan konsep bottom line), kenapa?
Karena human relations dalam perusahaan merupakan salah satu faktor/unsur pokok
yang harus diperhatikan oleh seorang pengelola/manajer perusahaan. Perusahaan
sebagai suatu badan usaha turut berperan serta dalam proses pembangunan ekonomi
bangsa. Keterlibatan dalam proses tersebut tidak terlepas dari keberadaan
sumber daya manusia bagi perusahaan adalah untuk meningkatkan produktivitas
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus memperbaiki kesejahteraan atau
kemajuan karyawan yang bekerja didalamnya. Kesejahteraan atau kemajuan itu
tidak hanya dapat dicapai melalui terpenuhinya kebutuhan fisik atau materi
saja. Satu hal yang sangat penting tapi justru kadang terlupakan adalah usaha
perusahaan untuk memperhatikan kebutuhan psikologis karyawannya. Dalam hal ini
salah satunya adalah faktor human relationsnya. Pengertian secara umum, human
relations adalah hubungan antara seseorang dengan orang lain yang terjadi dalam
segala situasi dan dalam semua bidang kegiatan atau kehidupan untuk mendapat
kepuasan hati. Secara ringkas sebenarnya studi human relations memusatkan
perhatian pada dua tema, yaitu memperbesar produktivitas dalam pekerjaan dan
mempebesar kepuasaan manusia dalam organisasi. Jadi sebenarnya dalam human
relations kita berbicara tentang pola-pola perilaku dalam organisasi. Di dalam
perusahaan manajer harus dapat peka untuk melihat apa yang sebenarnya dan apa
yang sedang dibutuhkan karyawan dari segi fisik dan psikologisnya. Terpenuhinya
kebutuhan fisik dan psikologis ini dalam suatu perusahaan merupakan hal penting
bagi tumbuhnya motivasi kerja yang lebih besar bagi produktivitas perusahaan.
Besarnya dampak ini karena motivasi kerja yang dimiliki karyawan akan mampu
memperbaiki efisiensi dan efektivitas perusahaan. Disamping itu motivasi kerja
yang dimiliki karyawan pada saat ini juga mampu menentukan nasib perusahaan
dimasa yang akan datang. Dalam hal ini yang memegang peranan penting adalah
seorang pimpinan. Pemimpin/manajer ini diharapkan bisa memotivasi dan
membimbing bawahannya dengan sebaik mungkin, selain itu juga harus bisa
menyatukan seluruh anggota organisasi/perusahaan sehingga menjadi satu kesatuan
yang utuh. Human relations merupakan faktor penting yang harus diperhatikan
oleh perusahaan. Human relations yang berjalan baik akan menghasilkan dampak yang
baik pula bagi perusahaan. pentingnya manajer memperhatikan unsur human
relations adalah agar semua tujuan perusahaan dapat tercapai dengan tidak
mengesampingkan unsur karyawan/sosial dan lingkungan. perusahaan harus
memperhatikan para pekerja/karyawannya. Perusahaan tidak boleh egois hanya mementingkan
profit perusahaan (profit oriented) dan mengesampingkan faktor humanisnya.
Disini secara tidak langsung karyawan merupakan penggerak dari sebuah
perusahaan, jika tidak ada karyawan perusahaan juga tidak akan berproduksi.
Untuk itu, alangkah baikknya jika sebuah perusahaan dengan bijak memandang
karyawan sebagai faktor yang sangat penting dalam proses keberhasilan sebuah
perusahaan dalam mencapai tujuan-tujuannya. Perusahaan harus memberikan
perhatian yang maksimal terhadap karyawan, seperti jaminan kesehatan bagi
karyawan, pendidikan karyawan, tunjangan, dan bonus. Perusahaan tidak boleh
mengeksploitasi tenaga karyawan demi tujuannya, apalagi membayar gaji karyawan
di bawah range yang tidak wajar. Jika seorang pengelola/manajer perusahaan
memperhatikan hal-hal seperti itu, dengan membayar upah pegawai dengan wajar,
memberikan bonus bagi yang berprestasi, memberikan tunjangan, jaminan
kesehatan, memperhatikan waktu jam kerja karyawan (tidak melakukan eksploitasi
tenaga), tentu semangat kerja karyawan akan meningkat, hasil kerja yang
dilakukan juga baik dan produktif, konsumen semakin banyak, perusahaan untung,
karyawan mendapat bonus, kesejahteraan karyawan meningkat, tujuan perusahaan
tercapai.
Kasus Perusahaan Huan Relations tidak
berjalan dengan baik
(Tuntutan karyawan PT Freeport Indonesia)
Karyawan
PT.Freeport Indoonesia Mogok Kerja
Kemelut
Freeport Indonesia Serikat Pekerja
Seluruh Indonesia (SPSI) PT Freeport Indonesia (PT FI) menggelar unjuk rasa.
Dalam unjuk rasa tersebut, SPSI Freeport meminta adanya keadilan pembagian
bonus bagi kurang lebih 800 karyawan yang bekerja di tambang terbuka.
Sekretaris
Hubungan Industrial Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Freeport Tri
Puspital menyebutkan, klimaks permasalahan pada pertemuan 19 September 2016
terjadi ketimpangan pemberian bonus bagi pekerja tambang terbuka hanya 17
persen. Sementara bagi pekerja Geotek mendapatkan bonus 45 persen dari total
gaji karyawan.
"Para
pekerja kecewa mendapatkan bonus kecil, apalagi selama ini karyawan telah
membantu perusahaan dalam operasional. Dengan adanya ketimpangan ini, maka
sejak 28 September karyawan memutuskan untuk mogok kerja, hingga ada
kesepakatan antara perusahaan dan karyawan," jelas Tri Puspital, saat
dihubungi Liputan6.com, Senin (3/10/2016).
Setiap
harinya, tambang terbuka itu menghasilkan sekitar 200 ribu ton ore atau bijih
mineral. Sementara para pekerja di tambang terbuka itu membawa alatnya
masing-masing berkisar 6-7 jam per hari.
"Sementara
ini yang dituntut oleh teman-teman karyawan adalah meminta transparansi dari
perusahaan tentang pemberian bonus, misalnya bagaimana formula pemberian bonus,
bagaimana caranya dan baru dibandingkan dengan aktual pencapaian dengan kondisi
real di lapangan," urai dia.
Juru
bicara PT Freeport Indonesia, Riza Pratama membenarkan adanya mogok kerja sejak
28 September dari karyawan di tambang terbuka, karena masalah pemberian bonus.
"Kami
sedang berupaya untuk mengatasi masalah ini dan mengembalikan operasi tambang
terbuka sesegera mungkin," jelasnya.
Mogok
kerja yang dilakukan karyawan Freeport Indonesia tersebut tak berdampak pada
operasi tambang bawah tanah. "Operasi pabrik pengolahan juga masih
beroperasi secara terbatas,"ungkap dia. (diakses dari http://bisnis.liputan6.com/read/2616987/karyawan-pt-freeport-indonesia-mogok-kerja
pada hari Rabu tanggal 02-November-2016 pukul 06.30)
2.Analisis
Analisa dan Pendapat saya mengenai PT
Freeport Indonesia dipandang dari sudut Human Relations. Dilihat dari sudut
Human Relations, PT Freeport Indonesia sebenarnya sudah melanggar peraturan.
Pertama, tidak adanya komunikasi yang harmonis antara perusahaan dengan
pekerjanya mengindikasikan bahwa perusahaan itu tidak menerapkan prinsip Human
Relations dengan benar, atau bahkan tidak menerapkan sama sekali, sehingga
lambat laun perusahaan itu pasti akan mengalami penurunan produksi karena tidak
berjalannya satisfaction circle yang merupakan salah satu konsep Human
Relations yang sebenarnya harus dilakukan oleh perusahaan sehingga tujuan dari
perusahaan itu sendiri akan tercapai. Hal ini tentu sangat beda dengan PT
Freeport Indonesia, yang menurut saya kurang menerapkan praktik Human Relations
dengan baik kepada seluruh karyawannya. FI hanya melakukan Downwards
Communications yang mengakibatkan proses Human Relations yang terjadi di FI itu
sendiri berjalan sangat kaku dan formal. Hal ini dapat dilihat dari sikap FI
terhadap tuntutan pekerja perusahaan ini, dimana FI bersikeras menolak tuntutan
para pekerja. Dengan kata lain FI tidak mau mendengar keluh kesah pekerjanya,
FI tidak mau mendengar pendapat pekerjanya, FI cenderung bersikap apatis dengan
mengendepankan prinsip Profit Oriented tanpa melihat sisi Humanis dari para
pekerjanya, hal ini tentu sangat tidak sesuai dengan prinsip Human Relations.
Kedua, FI telah mengeksploitasi tenaga pekerja. Praktik Human Relations yang
baik, seharusnya tidak melakukan hal seperti itu. Pekerja adalah aset penting
dalam suatu perusahaan. Demikian seharusnya terjadi di PT FI ini. Tetapi
kenyataannya, FI hanya menganggap pekerja sebagai buruh dengan derajat paling
bawah yang dapat dimanfaatkan sesuka hatinya untuk mendapatkan atau mencapai
sebuah tujuan. Pengeksploitasian tenaga kerja merupakan hal yang melanggar
hukum dilihat dari perspektif manapun. Pekerja/karyawan seharusnya mendapat
perlakuan yang baik oleh perusahaan. Ketiga, Upah tenaga kerja yang minim. Hal
ini merupakan salah satu akar permasalahan yang mendasari dari pemogokan kerja
pekerja PT Freeport Indonesia ini. Tidak adanya keseimbangan dan pemerataan
pendapatan pekerja / karyawan, merupakan hal yang tidak sesuai dengan prinsip
Human Relations. Seperti telah kita ketahui, bahwa FI merupakan perusahaan
tambang emas terbesar di Dunia. Dan sungguh ironis jika kita mendengar bahwa
kesejahteraan pekerjanya masih rendah atau dapat dikatakan miskin dan
terbelakang. Perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar ini seharusnya
memperhatikan aspek lingkungan dan sosial mereka, jangan bertindak egois dengan
mengeksploitasi tenaga pekerja dan mengeksploitasi lingkungan. FI harus bisa
menciptakan keseimbangan antara profit, sosial, dan kesejahteraan karyawannya.
Menurut saya FI seolah-olah menganggap para pekerja sebagai buruh kasar yang
dapat dimanfaatkan untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya dengan
pengeluaran anggaran yang minim untuk gaji pekerja/karyawan. Tentu hal ini
merupakan sesuatu yang tidak bijak yang dilakukan oleh sebuah perusahaan.
PT FI Penerapan Human Relations dalam
komunikasi organisasi (internal) Komunikasi Internal adalah komunikasi antara
manajer dengan komunikan yang berada di dalam organisasi, yakni para pegawai,
secara timbal balik. Karena dalam organisasi terdapat jenjang kepangkatan yang
menyebabkan adanya pegawai yang memimpin dan yang dipimpin, maka dalam
manajemen tidak saja terjadi komunikasi antara pegawai yang sama status atau
pangkatnya, tetapi juga antara pegawai yang memimpin dan yang dipimpin. Sebagai
perusahaan pertambangan yang besar, PT Freeport Indonesia telah menerapkan
komunikasi vertical, tapi sayangnya komunikasi ini terlalu kaku dan tidak
memberikan banyak kesempatan bagi para pegawai untuk mengeluarkan apresiasinya.
Dapat dibilang komunikasi tipe ini seperti komunkasi klasik yang menjunjung
tinggi nilai mesin dan menjadikan pegawai sebagai tenaga yang dapat
dieksploitasi. Jadi saran saya, komunikasi vertical tetap diterapkan, tetapi
mungkin sikap dari manajer atau atasan-atasannya yang diubah. Manajer seharusnya
juga lebih menghargai jasa karyawan/pegawainya. Komunikasi Horizontal
Komunikasi yang terjadi antara manajer dengan manajer, atau pegawai dengan
pegawai, komunikasi yang terjadi pada level yang sama. Dalam komunikasi
horizontal PT Freeport Indonesia, menurut saya cukup baik. Hanya perlu
ditingkatkan kegiatan yang melibatkan banyak pegawai sehingga kesatuan dari
pegawai menjadi suatu kesatuan yang solid. Seharusnya PT FI melakukan cara-cara
komunikasi organisasi (internal) yang benar yaitu: FI memperhatikan kepentingan
pegawai dari segi ekonomi, sosial maupun psikologis FI melaksanakan two way
communication dengan feedback yang baik berkat adanya good human relations,
meliputi : downwards, upwards, horizontal, diagonal communication Komunikasi
dalam organisasi ini diperlukan oleh FI untuk: Menjalin pengertian di antara
seluruh komponen organisasi. Bila FI tidak dapat melaksanakan komunikasi dengan
baik, maka semua rencana, intruksi, sasaran, dan motivasi tinggal di atas
kertas saja. Tanpa adanya komunikasi yang baik, pekerjaan akan simpang siur dan
kacau balau sehingga tujuan organisasi tidak akan tercapai. Komunikasi di dalam
organisasi bagaikan darah di dalam badan. Bila jalannya tidak lancr atau
tersumbat, badan akan sakit bahkan jantung terhenti. Hal ini dapat kita ketahui
dari masalah FI sekarang ini, terjadinya mogok kerja karena kurang berjalannya
komunikasi yang baik. Tujuan pelaksanaan human relations di lingkungan internal
organiasi: Menciptakan hubungan yang harmonis di lingkungan internal organisasi
Menciptakan motivasi kerja tinggi pada karyawan
3.Cara
atau Strategi yang harusnya dilakukan oleh PT Freeport Indonesia
Cara atau Strategi yang harusnya
dilakukan oleh PT Freeport Indonesia dalam menghadapi hal ini agar tidak
terjadi lagi adalah :
Humas PT FI harusnya menerapkan Strategi
4 Step PR dalam mengatasi masalah tersebut.
1.Proses Fact Finding, dalam proses ini
PT.FI tidak hanya melakukan pengumpulan data dan fakta, namun PT. Freeport
Indonesia juga harus mengedepankan pengolahan, penelitian, pengklasifikasian,
dan penyusun-an data sedemikian rupa sehingga memudahkan pemecahan masalah
nantinya. Penelitian dalam pencarian data ini dapat dilakukan dengan cara-cara:
survei dan poling, wawancara, focus group discussion, wawancara mendalam, dan
walking around research. harus melakukan survei atau pengumpulan
fakta dan data dan mendengarkan argumentasi serta pendapat dari para karyawan
mengenai apa yang diinginkankan karyawan, apa saja tuntutan dari karyawan dan
menyelaraskannya dengan tujuan perusahaan agar baik perusahaan maupun karyawan
dapat sama-sama di untungkan dan tujuan perusahaan tercapai dengan baik .
2. Proses atau tahapan Planning. Disini
PT. FI harus bisa membuat rencana dan keputusan dalama menghadapai masalah
tersebut, Humas PT.FI harus memiliki rencana dan keputusan yang dapat saling
menguntungkan untuk kedua belah pihak baik karyawan maupun perusahaan. PT.FI
dalam hal ini jangan hanya memikirkan mengenai kebutuhan materi dari karyawan
saja, namun juga dei tetap terjalinnya keharmonisan antara karyawan dan pihak
perusahaan juga harus memntingkan juga kebutuhan Psikologis dari para karyawan.
Keputusan yang baik menurut saya adalah dimana PT FI harusya mendengar keluhan
para karyawan untuk kenaikan gaji namun itupun
harus diadakan lobi dan negosiasi kembali dengan para karyawan sehingga
pengimplentasiannya tidak merugikan perusahaan dan juga tidak mengecewakan apa
keingina karyawan. Selain itu untuk kebutuhan psikologis karyawan PT.FI harus
menerapkan Human Relations dalam perusahaan isalkan membuka ruang khusus
konseling bagi karyawan.
3.Communicating PT.FI harus mampu
mengkomunikasikan pelaksanaan program
sehingga dapat mempengaruhi sikap Dari karyawan yang kemudian mendorong dan mengikuti rencana
dari PT FI sendiri, aksi PT FI agar karyawan mau bekerja kembali adalah dengan
mengadakan rapat internal perusahaan dan membahas mengeni tuntutan karyawan
kepada PT FI tersebut, selanjutnya untuk praktik pelaksanaan Human Relations,
PT FI harus malakukan aksi dengan komunikasi interpersonal pada karyawan, tetap
menjaga komunikasi yang baik dengan karyawan, rencana membuat ruang khusus konseling dan
menggunakannya untuk karyawan yang memiliki masalah-masalah ketika berada di
lingkungan Internal dari PT FI. Dengan terpenuhinya keinginan karyawan maka
karyawanpun secara tidak langsung pasti akan memenuhi kebutuhan dari
perusahaan.
4. Proses Evaluating disini PT FI harus
tetap memantau feedback dari para karyawan atas hasil dari rencana serta aksi
yang dilakukan apakah para karyawan senang dengan keputusan dari perusahaan
atau tidak, sehingga evaluasi ini menjadi indikator atau parameter yang dapat
menentukan untuk rencana selanjutnya apabila terjadi kasus yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar